

Daarunnadwah, 2 Juni 2025 — Dalam tradisi pesantren, kelulusan bukan sekadar momen administratif. Ia adalah peristiwa batin, momen sakral ketika seorang santri resmi melepas status belajarnya di lembaga dan bersiap menapaki kehidupan nyata — membawa serta bekal ilmu, iman, dan akhlak.
Itulah suasana yang terasa begitu kuat dalam acara kelulusan 24 santri angkatan ke-7 Pondok Pesantren Daarunnadwah, Senin (2/6). Dalam balutan suasana haru dan penuh khidmat, para santri, orang tua, dan guru larut dalam rasa syukur sekaligus refleksi mendalam: apa arti kelulusan dalam dunia yang terus bergerak ini?
Acara dibuka dengan penuh kekeluargaan oleh MC, M. Fadil Shiddiq. Sambutan dari wali kelas, Siska Maria, S.Pd.I., menjadi pengantar emosional yang menyentuh banyak hati. Ia tidak hanya mengucapkan selamat, tetapi juga mengingatkan bahwa keberhasilan akademik bukanlah akhir perjuangan, melainkan awal dari tanggung jawab yang lebih besar. “Ilmu yang kalian bawa adalah cahaya. Tapi cahaya hanya berguna jika menerangi,” ucapnya.
Puncak acara ditandai dengan pembacaan SK Kepala Sekolah No. 421.2/SK/054/LP-DN/V/2025, yang menyatakan bahwa seluruh santri dinyatakan lulus dengan hasil yang membanggakan. Namun, ada dimensi yang lebih dalam dari sekadar angka atau predikat: hasil Munaqosyah Qur’an yang diumumkan menunjukkan bahwa 9 santri mampu menamatkan hafalan juz 29 dan 30, dan 4 di antaranya bahkan menambah surat pilihan dari juz 28. Sisanya lulus dengan hafalan juz 30. Ini bukan hanya capaian kognitif, melainkan juga spiritualitas yang tumbuh — dan terus tumbuh.
Dalam sambutannya, Kepala Sekolah mengingatkan bahwa menjadi alumni bukan berarti selesai. Justru inilah titik di mana ilmu, adab, dan nilai-nilai Daarunnadwah diuji dalam kehidupan nyata. “Kami berharap kalian menjadi pribadi yang membawa manfaat, bukan hanya di atas kertas, tapi nyata dalam tindakan dan pengabdian,” tegas beliau.
Ada satu momen yang membungkus acara dengan kesan mendalam: pembagian hasil ujian oleh para orang tua. Bukan hanya simbol transisi formal, melainkan penegasan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama — guru, pesantren, dan keluarga. Acara ditutup dengan doa dan foto bersama, menjadi simbol persaudaraan dan kenangan yang akan terus hidup dalam perjalanan para santri.
Tak dapat dipungkiri, kelulusan ini merupakan puncak dari proses panjang yang penuh perjuangan. Selama bulan Mei lalu, para santri menjalani ujian akademik dan spiritual secara intensif. Rekam jejak perjuangan itu dapat dibaca kembali di artikel sebelumnya:
👉 Bulan Ujian Kelas 6 SD Islami Daarunnadwah
Kelulusan di Daarunnadwah bukanlah kelulusan biasa. Ia adalah peristiwa budaya, pendidikan, dan peradaban. Di balik toga santri, tersimpan cita-cita yang lebih besar: membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tapi juga berakhlak, kuat dalam nilai, dan siap membawa Islam dengan damai dan bermartabat ke tengah masyarakat.
Di zaman yang serba cepat dan terpolarisasi, Daarunnadwah kembali mempersembahkan 24 cahaya kecil—yang suatu hari, insyaAllah, akan menjadi lentera besar peradaban.
Selamat menempuh jalan kehidupan, para alumni. Jangan hanya jadi bagian dari masa depan — jadilah pembentuknya.